GLOBALJAMBI.COM, Jambi – Video viral Ketua DPRD Provinsi Jambi yang membentak pendemo dengan kalimat “Apo selero kau?” terus menuai gelombang kritik. Tak hanya dari netizen, sejumlah pengamat juga angkat suara menanggapi insiden tersebut.
Pengamat politik dan Pemerhati Pelayanan publik, Dedi Dora, M. Pd, menilai ucapan tersebut mencerminkan krisis etika dalam kepemimpinan publik. “Ketika seorang pejabat publik merespons aspirasi rakyat dengan emosi dan sindiran kasar, itu bukan sekadar arogansi—itu kegagalan dalam memahami fungsi representatifnya,” ujar Dedi.
Ia menambahkan, kejadian ini menunjukkan bahwa sebagian pejabat masih memandang kritik sebagai serangan pribadi, bukan sebagai bagian dari demokrasi. “Ucapan seperti ‘apo selero kau’ seakan menunjukkan bahwa kekuasaan membuat mereka lupa siapa yang mereka wakili. Ini alarm serius bagi kualitas demokrasi lokal,” tegas Alumni magister pendidikan karakter ini.
Menurut Dedi, sikap seperti ini tak boleh dibiarkan dan perlu ditindaklanjuti oleh lembaga etik DPRD, bahkan bisa jadi bahan evaluasi internal partai politik yang menaunginya.
Netizen pun sepakat bahwa tindakan tegas perlu diambil. Banyak yang menyerukan agar Ketua DPRD Jambi meminta maaf secara terbuka dan diberikan sanksi etik atas perilakunya.
Menanggapi kejadian tersebut, Ketua DPRD Provinsi Jambi M.Hafiz Fattah, dihubungi via telepon menjelaskan kronologi sebenarnya saat kejadian. Dimana awalnya sejak pagi Rabu (23/04/2025) pukul 07.30 WIB dirinya memimpin rombongan Anggota DPRD meninjau, menjalankan fungsi pengawasan ke Jalan Khusus Batu Bara di Batanghari dan Muaro Jambi.
Namun, saat mengetahui ada aksi unjuk rasa ia bergegas menuju Gedung DPRD Jambi di Telanai. “Awalnya saya bersama kawan-kawan anggota Dewan turun kelapangan, lalu saya ditelfon agar segera datang ke DPR untuk menemui dan mendengarkan aspirasi para adik-adik mahasiswa yang melakukan demo,” jelasnya.
Namun sambung M. Hafiz Fattah bahwa sesampainya ia di Gedung DPRD dan langsung turun mobil menemui adik-adik mahasiswa, suasana emosi sudah mulai bermunculan. Dimana, ia langsung diteriaki dengan ucapan yang tidak pantas dilontarkan. “Cieehh pulang dari Bandung, habisin uang rakyat, Bangsat kau, Bajingan kau,” ucap M. Hafiz menceritakan kejadian waktu itu.
Namun meksipun ia dilontarkan dengan ucapan yang tidak pantas tersebut. Ia tetap sabar dan menahan emosi dan menerima dengan humanis dan interaktif tuntutan Mahasiswa. Diakuinya bahwa, ada 9 tuntutan yang dibacakan terkait isu Nasional dan beberapa diantaranya isu lokal yakni dampak lingkungan, RSU dan Banjir.
“Namun saat menanggapi, ada oknum dengan sengaja melontarkan kata-kata kasar yakni sudah lah bang, dak usah banyak bicara, kau tu makan uang rakyat tu lah, dan kata kasar lainnya,” ucap Hafiz menirukan ucapan oknum mahasiswa.
Namun, melihat situasi yang kurang kondusif saking semangatnya mahasiswa berebut bicara menyampaikan aspirasi, dan diimbangi dengan semangat Ketua DPRD menyambut mahasiswa, Hafiz sempat menegur mahasiswa yang menyela saat bergantian bicara. “Saat itulah ucapan “Apo Selero Kau ” terlontarkan. Namun itu tidak ada maksud sedikitpun merendahkan dan melecehkan, itu murni spontanitas agar lebih kondusif dan tetap melanjutkan menerima aspirasi mahasiswa,” bebernya.
Terkait tuntutan mahasiswa, ia tanggapi seperti semacam penyelesaian jalan khusus batubara bisa dijawab dengan data lapangan oleh Hafiz.
“Kami sudah ke lapangan jalan khusus dan mengecek kondisi secara nyata. Kami telah meminta kepada Pemprov untuk melakukan percepatan bahkan mengkaji ulang investor yang lamban dan tak menunjukkan progres,” terangnya.
Terkait pakta integritas yang dibawa oleh Aliansi Jambi Melawan bahwa ia akan menyampaikan seluruh aspirasi mahasiswa kepada dewan DPR RI hingga batas waktu 2 minggu kedepan dan dengan segera melakukan penyelesaian atas segala permasalahan lokal di Provinsi Jambi.
Hingga Pukul 15.05 WIB aksi Unjuk rasa selesai dan ditutup dengan bersalaman antara pimpinan DPRD dengan demonstran dan massa aksi membubarkan diri dengan tertib.(Adi)