GLOBALJAMBI.COM, KERINCI – Cuaca yang sangat bersahabat, usai melaksanakan shalat Jum’at di Desa Pungut menghadiri acara syukuran anggota DPRD Kerinci, saya bersama istri tercinta Novra Wenti dengan niat yang tulus dan penuh semangat telah menyiapkan diri untuk menuju Desa Renah Pemetik, yang terkenal dengan surga petani yang tersembunyi di ufuk Barat Provinsi Jambi.
Desa Renah Pemetik, merupakan salah satu Desa yang terletak di perbatasan antara Kecamatan Siulak Mukai dan Kecamatan Air Hangat Timur, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi yang hampir 100 persennya masyarakat merupakan para petani. Petani kulit manis, kopi, kentang dan lainnya.
Terletak di paling ujung ufuk Barat Kerinci Jambi, membuat Desa yang dijuluki surganya para petani ini sulit dijangkau dengan kendaraan biasa. Butuh mobilitas khusus untuk bisa menuju Desa tersebut dikarenakan akses jalan yang terjal dan rusak parah sudah hampir 10 tahun tidak dilakukan perbaikan. Harus menggunakan mobil double gardan atau mobil yang telah dimodif khusus untuk trak gunung dan juga motor trail agar bisa menjangkau desa tersebut.
Dengan menggunakan motor trail, saya bersama istri beserta rombongan via jalan Pungut langsung tancap gas menuju Desa Renah Pemetik. Desa Renah Pemetik, yang mencakup tiga desa—Sungai Kuning, Lubuk Tabun, dan Pasir Jaya, berada di tengah hutan produksi yang dikelilingi Taman Nasional Kerinci Seblat. Dari Kota Sungai Penuh, butuh waktu lebih kurang 3 – 4 jam sampai ke Renah Pemetik dengan melewati Dua jalur alternatif yakni via Pungut dan Siulak.
Keberadaannya di tengah belantara menyebabkan minimnya jangkauan pembangunan infrastruktur. Terlebih lagi karena status desa-desa tua tersebut masuk dalam kawasan hutan. Satu-satunya pembangunan pembukaan jalan pernah berlangsung pada 2010-2011 oleh Pemerintah Kabupaten Kerinci. Pembangunan itu menuai persoalan. Belum ada izin dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Akan tetapi, bagi warga setempat, jalan yang dibangun sekitar 14 kilometer itu sangat membantu mereka menjangkau dunia luar.
Dan pada akhir tahun 2024 ini, Pemkab Kerinci juga telah menganggarkan perbaikan jalan dari pengerasan bahkan langsung aspal. Meskipun hanya beberapa meter, namun bagi petani itu sudah cukup membantu dari pada janji – janji yang terus diutarakan setiap Pilkada namun tanpa bukti.
Melewati jalan yang terjal dan rusak parah, tak menyurutkan semangat saya beserta rombongan untuk ingin sekali bertemu mendengarkan langsung keluhan dari Puluhan Tahun para petani di beberapa Desa di Renah Pemetik. Kondisi cuaca yang masih sejuk ditambah dengan kicauan burung yang menghiasi disepanjang perjalanan, membuat perjalanan terasa semakin asik dan penuh adrenalin tanpa terasa kami telah sampai di Desa Renah Pemetik.
Disepanjang perjalanan, saya sempat bertemu dengan beberapa para petani yang mengangkut hasil pertanian mereka. Beberapa diantar mereka mengungkapkan bahwa, mereka harus punya cukup modal untuk memodifikasi kendaraan agar mampu menaklukkan medan terjal. Jika kondisi jalan kering, kadang tengkulak memotong imbal hasil panen petani Rp 500 hingga Rp 800 per kilogram sebagai biaya angkut. Jika kondisi curah hujan tinggi, potongan sampai Rp 1.000 per kilogram. Keterbatasan infrastruktur itu menyebabkan harga jual komoditas petani setempat sangat rendah.
Mereka menjelaskan bahwa jika kondisi jalan baik, semestinya hasil panen dapat diangkut dengan waktu tempuh 30 menit. Jarak Renah Pemetik ke Pasar Pungut, pasar terdekat, hanya 20 kilometer. Namun, medan perjalanan yang berat menimbulkan banyak persoalan. Dalam kondisi tanah kering, waktu tempuh bisa 3 jam. Semakin tinggi curah hujan, kubangan di hampir sepanjang jalan bertambah dalam. Waktu tempuh pun semakin molor.
Sesampai di Renah Pemetik, saya beserta istri dan rombongan disambut antusias sekali oleh Ratusan warga Tiga Desa Renah Pemetik mulai dari sike rebana, karoeke bersama, tari, dialog hingga makan bersama. Hal tersebut seakan-akan menggambarkan bahwa mereka selama ini sangat merindukan sosok pemimpin yang merakyat yang turun mendengarkan langsung keluhan masyarakat.
Kerinci yang terkenal dengan AC alami, sangat kami rasakan ketika malam tiba, rasa dingin seperti AC 15° C langsung menusuk kedalam tubuh. Namun melihat antusias Ratusan warga yang telah berkumpul untuk berdialog menyampaikan keluhan mereka selama ini dan ingin mendengarkan visi misi yang ingin kami sampaikan. Membuat darah ini seakan-akan membakar membara menimbulkan semangat yang sangat luar biasa dapat mengubah rasa dingin menjadi hangat untuk bertemu dan bertatap muka langsung dengan masyarakat yang hampir 100 persen merupakan para petani.
Beberapa diantara mereka pada intinya menyampaikan bahwa mereka sangat merindukan sosok pemimpin yang merakyat dan mendengarkan langsung keluhan mereka sebagai para petani yang mengerti kondisi dan apa yang mereka butuhkan di Tiga Desa Renah Pemetik ini terutama perbaikan akses jalan yang layak agar para petani bisa dengan mudah tanpa biaya yang besar untuk mengangkut hasil pertanian mereka.
Mantan anggota DPRD Kerinci, Mensediar, yang turut hadir yang selama ini terkenal selalu menyuarakan perbaikan jalan tersebut dihadapan Ratusan warga menjelaskan bahwa ladang di Renah Pemetik telah menjadi saksi bisu keteguhan para petani yang terus bertahan meski harga-harga hasil bumi anjlok, pupuk langka, dan akses pasar yang sulit. Selama masih di parlemen, Mensediar mengaku selalu menyuarakan persoalan di Renah Pemetik, namun hal tersebut menurutnya kurang di mendapatkan perhatian. Suara kami tak pernah sampai ke telinga pemimpin.
Ia mengaskan bahwa, selama ini menunggu sosok pemimpin yang bukan hanya bisa berbicara soal pertanian, tetapi juga mampu menghadirkan solusi nyata dan sosok itu ada dihadapan warga semua saat ini yakni Monadi.
Dihadapan Ratusan warga Tiga Desa Renah Pemetik, dengan wajah penuh keyakinan, berbicara di hadapan para petani saya berjanji akan mendengarkan dan bekerja bersama para petani, tangan demi tangan, bahu-membahu. Para petani adalah fondasi dalam pertanian. Bersama, kita akan bangun Kerinci yang kuat, dengan pertanian yang lebih sejahtera.
Apalagi kami dengan membawa jargon “Pejuang Petani dan Petani Pejuang”, dihadapan para warga saya menegaskan tentunya program kami akan berpihak dengan para petani. Apalagi, kedatangan saya ke Renah Pemetik ini telah saya rasakan dan dengar langsung apa yang menjadi jeritan para petani.
Maka dari pada itu, mari kita berjuang bersama untuk menjadikan masyarakat Kerinci sejahtera dengan mencoblos nomor 03 Monadi – Murison.
Penulis : Monadi Murasman, Calon Bupati Kerinci periode 2024 – 2029