Pelarian Agus Berakhir di Negeri Jiran, Dari Gudang Pupuk Hingga Borgol di Tangan

KERINCI — Malam baru saja menyapa langit Kerinci, saat sebuah iring-iringan kendaraan berhenti di pelataran Mapolres. Pukul menunjukkan 23.00 WIB. Lampu-lampu sorot menyoroti sosok pria berbaju tahanan oranye. Tangannya terborgol, kepalanya tertunduk. Itulah Agus Kurnia, pria yang namanya kini melekat dengan satu kata: pembunuh.

Penulis : Gusnadi, Globaljambi.co.id

Sosok pria 40-an tahun itu tampak pasrah. Sandal jepit yang dikenakan terasa kontras dengan langkah-langkah tegas para aparat bersenjata yang mengapitnya. Agus baru saja menempuh perjalanan panjang dari Malaysia — negeri tempatnya bersembunyi setelah menghilangkan nyawa seorang berusia 45 tahun bernama EJ, warga Pelayang Raya, Kota Sungaipenuh.

Tapi kisah ini bukan sekadar tentang penangkapan. Ini adalah potongan-potongan kisah gelap yang pelan-pelan mulai terkuak dari pengakuan langsung tersangka.


“Saya Habisi Dia di Gudang Pupuk”

Dalam rekaman video yang dikirim langsung oleh Kasat Reskrim Polres Kerinci, AKP Very, tersangka Agus tampak duduk tenang di salah satu ruangan — wajahnya tegang, suaranya lirih namun gamblang saat menjawab pertanyaan penyidik.

“Awalnya kami cekcok di luar. Dia lari ke dalam,” ucap Agus, menceritakan kejadian di gudang pupuk di Desa Lolo Gedang, Kecamatan Bukit Kerman.

Waktu itu dini hari, sekitar pukul 03.00 WIB. Dunia masih sunyi. Sementara di gudang pupuk itu, terjadi pertengkaran yang berubah menjadi tragedi berdarah. Selepas salat subuh, EJ tak lagi bernyawa.


Pelarian Dua Hari, Lalu Telepon Anak Korban

Usai pembunuhan itu, Agus tak langsung kabur. Ia menunggu dua hari. Baru setelah itu ia bergerak, menyusuri jalur pelarian hingga ke Dumai. Di sanalah, ia menghubungi keluarga korban.

“Pokoknya sebelum saya berangkat, saya kasih tahu anaknya,” kata Agus dalam video lainnya.

Dari Dumai, ia menyeberang ke Malaysia. Bekerja sebagai karyawan rumah makan. “Tidak pernah pindah-pindah,” akunya. Tapi langkahnya terpantau. Diam-diam, jejaknya diikuti.


Tepat di Hari Bhayangkara, Polisi Bawa Pulang Buruan

Tanggal 1 Juli 2025, tepat di Hari Bhayangkara ke-79. Tim gabungan dari Mabes Polri dan Polres Kerinci berhasil menjemput Agus Kurnia di Malaysia. Di dalam kabin pesawat, Kasat Reskrim AKP Very merekam suasana.

“Mohon doanya. Tersangka pembunuhan kita bawa dari Malaysia ke Indonesia,” ucapnya sambil mengarahkan kamera ke Agus, yang duduk terpaku.

Transit di Jakarta. Terbang lagi ke Padang. Lalu menempuh jalur darat berjam-jam ke Kerinci. Sepanjang perjalanan, pria yang kini mengenakan seragam tahanan itu dikawal ketat. Waka Polres Kompol Eko Prasetyo turun langsung memimpin pengawalan, bersama AKP Very dan tim Buser Macan Kincai.


Tertunduk di Mapolres, Pemeriksaan Dimulai

Di Mapolres Kerinci, suasana malam itu terasa berat. Pewarta sudah berkumpul, menunggu sejak sore. Saat mobil berhenti, Agus diturunkan. Tertunduk. Langkahnya lamban. Ia tak bicara sepatah kata pun. Dokter Polres segera memeriksa kondisi fisiknya.

“Kita tahan dulu. Besok akan diperiksa lebih lanjut,” ujar Waka Polres Kompol Eko.

Penahanan dilakukan penuh pengamanan. “Untuk sementara, tidak boleh dijenguk siapa pun. Tunggu proses,” tambahnya tegas.


Keadilan Mulai Disusun, Luka Warga Masih Terasa

Kasus ini bukan hanya tentang seorang tersangka dan seorang korban. Ini adalah kisah tentang luka yang masih menganga bagi keluarga EJ, tentang pelarian panjang dan penegakan hukum yang tak kenal batas negara.

Penyidik akan mulai menggali lebih dalam. Apa motifnya? Apa yang sebenarnya terjadi di gudang pupuk itu? Semua masih jadi teka-teki. Tapi satu hal yang pasti : keadilan sedang berjalan, selangkah demi selangkah.(Adi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *