GLOBALJAMBI.COM, KERINCI – Pekan Wirawana, sebuah festival budaya yang berfokus pada pemajuan kebudayaan berbasis hutan adat, digelar pada 8-10 November 2024 di Lekuk 50 Tumbi Lempur di Kabupaten Kerinci, Jambi.
Festival ini merupakan hasil kolaborasi antara Wirawana dari 29 titik Masyarakat Hukum Adat (MHA) di empat kabupaten di Jambi—Merangin, Sarolangun, Bungo, dan Kerinci, beserta Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat, Konsorsium Siginjai, Perkumpulan Eksotika Desa Lestari, serta Masyarakat Hukum Adat Lekuk Lima Puluh Tumbi Lempur yang bertindak sebagai tuan rumah.
Pekan Wirawana bertujuan untuk mempublikasikan hasil temu kenali kebudayaan yang diperoleh oleh para wirawana dalam program Wana Budaya dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga dan melestarikan hutan adat untuk kesejahteraan masyarakat adat serta kelestarian alam.
Rangkaian kegiatan yang akan digelar meliputi pameran seni instalasi, infografis, foto narasi, serta pemutaran video yang menggambarkan nilai dan aturan adat dalam kehidupan MHA.
Pameran ini akan memberikan gambaran mengenai peran penting hutan adat dalam kehidupan masyarakat adat dan mengajak pengunjung untuk merenungkan pentingnya pelestarian hutan adat. Di samping itu, festival ini juga akan menampilkan pertunjukan seni dari MHA Lekuk Lima Puluh Tumbi Lempur yang terinspirasi oleh hutan adat, serta panggung seni yang melibatkan berbagai seni tradisional dari Empat kabupaten di Jambi.
Kegiatan lainnya termasuk zona permainan dan olahraga tradisional, pemutaran video dokumentasi budaya berbasis hutan adat, serta pengobatan tradisional yang memperkenalkan praktik pengobatan lokal berbasis alam.
Selain itu, festival ini juga akan menjadi ajang diskusi dalam bentuk Rembug Adat, di mana tokoh adat dan wirawana berbagi pandangan mengenai pengelolaan hutan adat yang lestari.
Festival ini juga menghadirkan Paket Wisata Wana Budaya, yang mengajak pengunjung untuk belajar lebih dalam mengenai kebudayaan MHA Lekuk Lima Puluh Tumbi Lempur melalui kunjungan ke tempat-tempat bersejarah dan kegiatan tradisional.
Pekan Wirawana bukan hanya sekadar festival, tetapi juga merupakan upaya untuk melestarikan dan mempromosikan kebudayaan berbasis hutan adat yang menjadi identitas penting bagi masyarakat Jambi.
Dengan berbagai kegiatan yang melibatkan masyarakat adat dan generasi muda, festival ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya hutan adat dalam mendukung kesejahteraan dan kelestarian alam untuk masa depan.
Ketua Panitia, Iman Tio, menyampaikan bahwa kegiatan ini digelar selama tiga hari. Dalam acara ini digelar beragam kegiatan seperti arak-arakan, berbagai kegiatan. “Semoga kegiatan ini berjalan dengan sukses,” ujar panitia pelaksana saat pembukaan.
Ketua Adat Lekuk Lima Puluh Tumbi Lempur, Amris Khahar menyebutkan luas wilayah lekuk limo puluh tumbi yakni 40 hektare. Didalamnya terdapat hutan adat. Hutan adat tersebut dinamakan “Imbo Ulu Ayek”. “Hutan tersebut tidak boleh diganggu,” tegasnya.
Ia juga menyebutkan, bahwa masyarakat setempat masih mempertahankan tradisi gotongroyong dan budaya lainnya seperti Kenduri SKO. “Kenduri SKO ini sudah berlangsung ratusan tahun,” jelasnya.
Plh Sekda Jambi, Arief Munandar yang membuka langsung pekan Wirawana 2024 di Lekuk Limo Puluh Tumbi Lempur, Kerinci mengaku sangat apresiasi dengan masyarakat di Lekuk Limo Puluh Tumbi Lempur. “Apresiasi disampaikan kepada kementerian Kebudayaan terhadap digelarnya pekan Wirawana di Lempur Kerinci,” ujarnya.
Katanya dengan digelarnya pekan Wirawana bisa menjaga melindungi hutan adat dengan nilai kearifan lokal. Besar harapan bersama pekan wirawan ini dapat semakin menyebarluaskan misi mulia para pelindung hutan adat Jambi mendorong kesadaran seluruh masyarakat, tidak hanya masyarakat adat tetapi semua elemen masyarakat tentang peran penting hutan bagi kehidupan yang sejahtera.
“bahwa pemilihan Provinsi Jambi sebagai pilot project program Wira budaya luas karena mendapat penetapan hutan adat yang paling banyak. Lokasinya dari data ke lhk dan hutan hutan hujan tropis Provinsi Jambi menyimpan keanekaragaman hayati paling kaya,” ucapnya.
Ditambahkannya bahwa, 4 Kabupaten yang telah terpilih dapat menjadi agen perubahan dalam sistem sosial masyarakat dan diharapkan mampu menjaga kelestarian lingkungan hidup dan sumber daya alam hutan khususnya di kawasan hutan adat agar keanekaragaman hayatinya dapat terjaga dan dikelola secara berkelanjutan.
Sementara itu Kementerian Kebudayaan RI menyampaikan bahwa Program Wana Budaya kembali mengukuhkan komitmennya dalam melahirkan generasi pelindung hutan adat melalui kegiatan Pembekalan Wirawana dengan tema “Penguatan Kapasitas Serta Menumbuhkan Kesadaran Pemajuan Kebudayaan Berbasis Hutan Adat.”
Acara ini menjadi momentum penting bagi 87 pemuda adat dari 29 titik hutan adat di Jambi yang telah ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Hutan adat tersebut terletak di empat kabupaten, yaitu Merangin, Bungo, Sarolangun, dan Kerinci. “Program ini bertujuan memperkuat peran pemuda adat sebagai penjaga keberlanjutan lingkungan dan budaya, serta memastikan keberlangsungan nilai-nilai luhur adat di tengah era modernisasi,” ujarnya.
Dijelaskannya bahwa Wirawana, sebuah istilah yang menggabungkan kata “wira” yang berarti pejuang, berani, dan berwatak agung, dengan “wana” yang berarti hutan. Bukan sekadar gelar, para pemuda dan pemudi adat ini adalah pelopor sejati yang siap menghadapi berbagai tantangan yang mengancam kelestarian hutan dan budaya lokal. “Mereka dibekali dengan pengetahuan, keberanian, dan kepedulian yang mendalam untuk melindungi dan memanfaatkan hutan adat secara bijaksana, menjadikan mereka penjaga utama warisan alam dan budaya,” pungkasnya.(Adi)