Arah Baru Peran Politik Perempuan

Teks Fhoto : Fhoto Mory Amdiya Dewi
Sekretaris DPD Partai Gelora Kota Sei Penuh

Globaljambi.com – Bicara soal perempuan, jamaknya streotif publik selalu berkutat dalam kapasitas peran domestik. Peran sebagai isteri yang memberikan bakti kepada suami plus peran sebagai sosok ibu yang menjalankan fungsi merawat dan mendidik anak-anak di rumah. Anggapan yang biasa dan lumrah  serta memang begitu lah seharusnya peran perempuan.

Padahal kenyataanya peran perempuan masa kini lebih kompleks menembus batas-batas domestik yang selalu di sematkan kepada kaum hawa. Tingkat pendidikan, tuntutan zaman akan kesetaraan peran dan karya memberikan kehidupan perempuan lebih berwarna. Salah satu contoh peran Perempuan yang berkiprah dan bertahan di panggung politik. Peran yang sesungguhnya juga menjadi tantangan tersendiri bagi kaum perempuan untuk membuktikan kemampuannya. Tidak saja pembuktian sesama kaum perempuan namun juga bersaing dengan kaum adam.

Ibu Rifqoh Abrian, mantan aleg DPRD DKI 2 periode, dalam temu virtual via zoom dengan komunitas perempuan Sumatera menegaskan perlu pembuktian yang nyata bagi perempuan agar bisa di terima di panggung politik karena sebagian panggung ini hampir di kuasai oleh laki laki. Karena harus di akui keberadaan perempuan sering di tempatkan hanya sebagai penambah kelengkapan organisasi dan hanya aksesoris peramai dunia perpolitikan. Belum dalam posisi pengambil kebijakan. Hal ini karena faktor budaya yang sangat melekat pada sebagian perempuan yang terbiasa dalam mind set bahwa perempuan memang harus banyak berada dalam ruang lingkup domestik tadi. 

Satu hal yang menarik, keberadaan perempuan di panggung politik maupun lembaga pemerintah lainnya atau pun di birokrasi perlu dibedah secara mendalam. Sejauh mana keberadaan perempuan di semua lini tersebut memberi manfaat nyata terhadap perbaikan kebijakan hak hak perempuan. Bukan sekedar sebatas perbaikan hidup personal saja. 

Menilik kondisi tadi, kaum perempuan harus mulai menggaungkan tagline arah baru dalam gerakannya. Memanfaatkan era digital yang memiliki tabiat tanpa sekat, terkoneksi dan transparan. Memahami bahwa kaum perempuan juga faktor yang tidak bisa di pinggirkan. dengan metode baru menurut penulis, setidaknya ada tiga peran yang harus di lakukan oleh perempuan dalam peran politiknya.

Pertama, meningkatan kapasitas personal dengan memperkuat pemahaman dan pengetahuan tentang kewarganegaraan dan perundangan undangan. Memfasilitasi diri dengan ketrampilan komunikasi dan manajemen konflik serta mampu membranding diri dengan positif yang muaranya membentuk prototipe perempuan memiliki pemikiran luas, universal, terbuka dan yang terpenting adaptif terhadap perubahan.

Kedua, membentuk atau bergabung dalam wadah organisasi perempuan untuk berkiprah lebih riil, menguatkan organisasi tersebut agar mandiri dan memiliki visi dan misi kuat terhadap peningkatan kapasitas dan peran perempuan. Turut ambil bagian dalam permasalahan yang menyangkut hajat hidup kaum perempuan. Sehingga dapat memahami benar porsi masalah kaum perempuan. Juga terlibat aktif  dalam advokasi dan pengambilan kebijakan yang terkait dengan kepentingan hak-hak perempuan secara universal

Ketiga, melakukan kolaborasi antar organisasi perempuan, menyatukan visi gerakan dan berjuang secara kolektif menjadi garda terdepan guna memperbaiki kualitas hak-hak perempuan Indonesia. Bersatunya setiap elemen organisasi perempuan tentu memiliki posisi tawar tersendiri. Menjadi kekuatan yang di perhitungkan dalam jagat politik sebagai ruang konsensus dalam mengambil kebijakan pengatur hajat hidup bernegara. Dan poin arah baru ada di peran ketiga ini. Berkolaborasi adalah mutlak karena perjuangan memajukan peran perempuan ke level tertinggi bukan kerja gerakan perorangan atau kelompok, namun kerja bersama yang di bingkai dalam satu visi masa depan kehidupan perempuan yang setara dengan peran para lelaki di semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.

Akhir kata, sebagai perempuan yang juga terikat pada norma ketimuran, Penulis juga ingin berpesan bahwa ekspresi berkarya ini tentu harus seimbang tanpa harus mengorbankan peran peradaban seorang ibu terhadap keluarganya. Mengapa demikian, karena perspektif tentang peran paripurna perempuan dalam keluarga akan sangat menentukan kreasinya bergerak dalam lingkungan yang luas. Jayalah Perempuan Indonesia. Semoga.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *