P – Bupati Monadi Turun Langsung, Peluk Duka Warga Tiga Desa yang Dilanda Puting Beliung
KERINCI – Langit Kayu Aro mendung kelam saat angin puting beliung datang menggulung tanah yang tenang, Sabtu siang (2/8/2025). Desa Sangir, Batang Sangir, dan Kersik Tuo seketika berubah menjadi ladang puing. Atap rumah beterbangan, dinding roboh, dan wajah-wajah panik memenuhi jalan desa. Di tengah kekacauan itu, sebuah sosok hadir – berjalan tanpa sekat, menyusuri tanah yang baru saja dilanda bencana.
Adalah Bupati Kerinci, Monadi, yang tak menunggu laporan panjang. Dalam waktu singkat, ia memimpin langsung rombongan bantuan. Bersama Kalak BPBD Dedi Andrizal, jajaran Dinsos, TNI, Polri, dan relawan Tagana, Monadi menembus jalan-jalan desa yang berselimut duka.
“Hari ini kita Pemerintah Daerah melalui BPBD turun langsung ke lapangan untuk melihat kondisi masyarakat yang terkena musibah. Ada tiga desa yang terdampak,” ucap Monadi, matanya menyapu reruntuhan dengan tatapan prihatin.
Di satu sisi, warga duduk lemas di antara sisa rumah mereka. Di sisi lain, pemimpin daerah itu menyalami satu per satu, mendengar tanpa sekat, dan menguatkan dengan kalimat yang sederhana tapi penuh makna.
Terpal darurat langsung dibagikan untuk melindungi warga dari hujan yang masih turun. Bantuan lanjutan pun dijanjikan datang esok hari – tak hanya untuk mengganti yang rusak, tapi juga untuk mengobati luka di hati yang tak kasat mata.
“Kami mengimbau masyarakat agar tetap waspada dan tidak panik, agar bisa mengambil langkah penyelamatan diri dengan tepat,” pesan Bupati Monadi, berdiri di antara warga, bukan di atas mereka.
Hingga berita ini ditulis, pendataan masih berlangsung. Tim gabungan bekerja siang malam membantu evakuasi, menyuplai logistik, dan menghadirkan pendampingan psikologis bagi para korban.
Dampak Bencana (Data Sementara):
Rumah rusak berat: 36 unit
Rumah rusak sedang: 20 unit
Rumah rusak ringan: 53 unit
Korban luka-luka: 5 orang
Meski rumah porak poranda dan langit belum menjanjikan cerah, warga Kayu Aro tahu mereka tidak sendiri. Sosok pemimpin telah hadir, bukan hanya dengan tangan terbuka, tapi juga dengan hati yang turut merasakan duka.
Di tanah yang tertimpa musibah, langkah pemimpin adalah harapan yang nyata.(adi)